Rabu, 14 Maret 2012

Pendekatan-pendekatan Dalam organisasi


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Bagaimana kita menentukan sebuah Lembaga Pendidikan/Sekolah telah melakukan tugasnya dengan berhasil ? Jika semua siswanya lulus dengan predikat baik dan Halalan Toyiban, serta semua siswanya mampu melanjutkan ke sekolah atau perguruan tinggi unggulan. Apakah hal tersebut menyatakan kepada kita bahwa sekolah tersebut efektif ? Atau apakah kita harus melihat kenaikan kualitas input siswa baru, jumlah siswa, atau jumlah gaji rata-rata para guru dan karyawan?

Contoh diatas dimaksudkan untuk secara sepintas melihat masalah yang akan dijumpai jika kita menentukan atau mengukur pendekatan / keefektifan dalam  organisasi. Pendekatan/Keeefektifan dalam  organisasi dianggap sangat penting, oleh karena itu perlu dibahas dalam makalah ini. Tapi sampai saat ini masih belum ada kesepakatan umum mengenai arti yang sebenarnya dari pendekatan /  keefektifan organisasi.

RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai :
1.       Bagaimana definisi dari efektifitas organisasi ?
2.       Bagaimana Pendekatan keefektifan organisasi ?
3.       Bagaimana perbandingan keempat pendekatan keefektifan organisasi ?

TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membahas :
1.       Definisi dari efektifitas organisasi
2.       Pendekatan-pendekatan efektifitas organisasi
3.       Perbandingan keempat pendekatan keefektifan organisasi.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENDEKATAN – PENDEKATAN DALAM ORGANISASI

Keyakinan bahwa keefektifan organisasi tidak dapat dirumuskan karena ada perbedaan pandangan, oleh karena itu, maka pemahamannya melalui suatu pendekatan yang sering diungkapkan dengan apa yang disebut :
11.       Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach)
Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena itu, pencapaian tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang keefektifan. Namun demikian agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan :
1.       organisasi harus mempunyai tujuan akhir.
2.       Tujuan-tujuan tersebut harus diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti.
3.       Tujuan-tujuan tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola.
4.       Harus ada consensus atau ( kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan tersebut),
oleh karena itu empat asumsi diatas menyatakan bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai dengan pencapaian tujuan ketimbang caranya.

Beberapa permasalahan dalam pendekatan ini antara lain adalah :
·         Apa yang dinyatakan secara resmi oleh sebuah organisasi sebagai suatu tujuan tidak selalu mencerminkan tujuan yang sebenarnya.
·         Tujuan jangkan pendek sering kali berbeda dengan tujuan jangka panjangnya.
·         Organisasi yang memiliki tujuan majemuk akan menciptakan kesulitan.

22.       Pendekatan system (system approach)
Pendekatan system terhadap pendekatan organisasi mengimplikasikan bahwa organisasi terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika salah satu sub bagian ini mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negative terhadap performa keseluruhan system.

Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan konstituensi lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan hubungan yang baik dengan para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat buruh, dan konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi organisasi yang stabil.

Kekurangan yang paling menonjol dari pendekatan system adalah hubungannya dengan pengukuran dan masalah apakah cara-cara itu memang benar-benar penting. Keunggulan akhir dari pendekatan system adalah kemampuannya untuk diaplikasikan jika tujuan akhir sangat samara atau tidak dapat diukur.
Dapat disimpulan bahwa organisasi terdiri sub bagian yang saling berhubungan, oleh karena itu dinilai berdasarkan kemampuannya untuk dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan.

33. Pendekatan stakeholders, dikatakan efektif apabila dapat memenuhi bagi pemilik adalah laba atau investasi, pertumbuhan penghasilan , pegawai adalah kompensasi, tunjangan tambahan, kepuasaan pada kondisi kerja , pelanggan adalah kepuasan terhadap harga, kualitas, pelayanan , kreditur adalah kemampuan untuk membayar hutang.

Dalam 3 (tiga) hal diatas  dapat kita ambil salah satu contoh seperti pendekatan system, dimana pendekatan system ini sangat berpengaruh dalam organisasi yaitu sebagai berikut :
·         Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi yang tak terpisahkan. Organisasi merupakan bagian dari lingkungan eksternal dalam pengertian luas. Sebagai suatu pendekatan sistem manajemen meliputi sistem umum dan sistem khusus serta analisis tertutup maupun terbuka.
Pendekatan sistem umum meliputi konsep-konsep organisasi formal dan sosiopsikologis. Analis sistem manajemen spesifik meliputi struktur organisasi, desain pekerjaan, akuntansi, sistem informasi dan mekanisme perencanaan serta pengawasan.

a.       Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi digunakan untuk menjembatani celah antara teori dan praktek senyatanya. Biasanya antara teori dengan praktek berbeda, maka harus memperhatikan lingkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan akan memerlukan aplikasi konsep dan teknik manajemen yang berbeda.
Pendekatan ini dipandang sebagai hubungan fungsional “bila maka”. Hubungan fungsional yaitu keterkaitan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Bial ada perubahan satu variabel akan mempengaruhi nilai variabel lainnya. Bila merupakan variabel bebas (independent variable) dan maka merupakan variabel bergantung (dependent variable). Faktor lingkungan merupakan variabel bebas, sedang konsep dan teknik manajemen merupakan variabel begantung.

Dalam pendekatan kontingensi ada tiga kerangka konseptual yaitu lingkungan, konsep-konsep dan teknik-teknik serta hubungan antara keduanya. Pendekatan kontingensi mengkombinasikan antara pendekatan klasik dan hubungan manusia.
“Contingency Approach = Pendekatan Klasik + Pendekatan Hubungan Manusiawi”.

b.      Pendekatan Nilai – Nilai Bersaing (Competing-values approach)
Pendekatan nilai-nilai bersaing, bertitik tolak dengan assumsi terdapat apa yang disebut dengan fleksibilitas (mampu menyesuaikan diri dengan perubahan, perolehan sumber (mampu meningkatkan dukungan dari luar dan memperluas jumlah tenaga kerja), perencanaan (tujuan jelas dan dipahami dengan benar), produktifitas (volume keluaran tinggi, rasio keluaran terhadap masukan tinggi), Ketersediaan informasi (saluran komunikasi membantu pemberian informasi kepada orang mengenai hal-hal yang mempengaruhi pekerjaan mereka), stabilitas (perasaan tenteram, kontinuitas, kegiatan yang berfungsi secara lancar), Tempat kerja yang kondusif (pegawai mempercayai, menghormati serta bekerja sama dengan yang lain), tenaga kerja terampil (pegawai memperoleh pelatihan, mempunyai keterampilan dan berkapasitas untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik).

Nilai-nilai bersaing secara nyata melangkah lebih jauh dari pada hanya pengakuan tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa berbagai macam pilihan tersebut dapat dikonsolidasikan dan diorganisasi. Pendekatan nilai-nilai bersaing mengatakan bahwa ada elemen umum yang mendasari setiap daftar criteria Efektifitas Organisasi yang komprehensif dan bahwa elemen tersebut dapat dikombinasikan sedemikian rupa sehingga menciptakan kumpulan dasar mengenahi nilai-nilai bersaing. Masing-masing kumpulan tersebut lalu membentuk sebuah model keefektifan yang unik.

3 komentar: