BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Bagaimana kita menentukan sebuah
Lembaga Pendidikan/Sekolah telah melakukan tugasnya dengan berhasil ? Jika
semua siswanya lulus dengan predikat baik dan Halalan Toyiban, serta semua
siswanya mampu melanjutkan ke sekolah atau perguruan tinggi unggulan. Apakah
hal tersebut menyatakan kepada kita bahwa sekolah tersebut efektif ? Atau
apakah kita harus melihat kenaikan kualitas input siswa baru, jumlah siswa,
atau jumlah gaji rata-rata para guru dan karyawan?
Contoh diatas dimaksudkan untuk secara
sepintas melihat masalah yang akan dijumpai jika kita menentukan atau mengukur pendekatan
/ keefektifan dalam organisasi. Pendekatan/Keeefektifan
dalam organisasi dianggap sangat
penting, oleh karena itu perlu dibahas dalam makalah ini. Tapi sampai saat ini
masih belum ada kesepakatan umum mengenai arti yang sebenarnya dari pendekatan
/ keefektifan organisasi.
RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai :
1.
Bagaimana
definisi dari efektifitas organisasi ?
2.
Bagaimana
Pendekatan keefektifan organisasi ?
3.
Bagaimana
perbandingan keempat pendekatan keefektifan organisasi ?
TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membahas :
1.
Definisi
dari efektifitas organisasi
2.
Pendekatan-pendekatan
efektifitas organisasi
3.
Perbandingan
keempat pendekatan keefektifan organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENDEKATAN – PENDEKATAN DALAM
ORGANISASI
Keyakinan bahwa keefektifan organisasi tidak dapat
dirumuskan karena ada perbedaan pandangan, oleh karena itu, maka pemahamannya
melalui suatu pendekatan yang sering diungkapkan dengan apa yang disebut :
11.
Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach)
Pendekatan
pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat
dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena itu, pencapaian
tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang keefektifan.
Namun demikian agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam
mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan :
1. organisasi
harus mempunyai tujuan akhir.
2. Tujuan-tujuan
tersebut harus diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti.
3. Tujuan-tujuan
tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola.
4. Harus ada
consensus atau ( kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan tersebut),
oleh karena itu empat asumsi diatas menyatakan
bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai dengan pencapaian tujuan
ketimbang caranya.
Beberapa permasalahan dalam pendekatan ini
antara lain adalah :
·
Apa yang dinyatakan secara resmi oleh sebuah
organisasi sebagai suatu tujuan tidak selalu mencerminkan tujuan yang
sebenarnya.
·
Tujuan jangkan pendek sering kali berbeda dengan
tujuan jangka panjangnya.
·
Organisasi yang memiliki tujuan majemuk akan
menciptakan kesulitan.
22.
Pendekatan system (system approach)
Pendekatan
system terhadap pendekatan organisasi mengimplikasikan bahwa organisasi terdiri
dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika salah satu sub bagian ini
mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negative terhadap
performa keseluruhan system.
Keefektifan
membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan konstituensi
lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan hubungan yang baik
dengan para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat buruh, dan
konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi
organisasi yang stabil.
Kekurangan yang
paling menonjol dari pendekatan system adalah hubungannya dengan pengukuran dan
masalah apakah cara-cara itu memang benar-benar penting. Keunggulan akhir dari
pendekatan system adalah kemampuannya untuk diaplikasikan jika tujuan akhir
sangat samara atau tidak dapat diukur.
Dapat
disimpulan bahwa organisasi terdiri sub bagian yang saling berhubungan, oleh
karena itu dinilai berdasarkan kemampuannya untuk dan mempertahankan stabilitas
dan keseimbangan.
33. Pendekatan
stakeholders, dikatakan efektif apabila dapat memenuhi bagi pemilik
adalah laba atau investasi, pertumbuhan penghasilan , pegawai adalah
kompensasi, tunjangan tambahan, kepuasaan pada kondisi kerja , pelanggan adalah
kepuasan terhadap harga, kualitas, pelayanan , kreditur adalah kemampuan untuk
membayar hutang.
Dalam
3 (tiga) hal diatas dapat kita ambil
salah satu contoh seperti pendekatan system, dimana pendekatan system ini sangat
berpengaruh dalam organisasi yaitu sebagai berikut :
·
Pendekatan Sistem
Pendekatan
sistem memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi yang
tak terpisahkan. Organisasi merupakan bagian dari lingkungan eksternal dalam
pengertian luas. Sebagai suatu pendekatan sistem manajemen meliputi sistem umum
dan sistem khusus serta analisis tertutup maupun terbuka.
Pendekatan
sistem umum meliputi konsep-konsep organisasi formal dan sosiopsikologis.
Analis sistem manajemen spesifik meliputi struktur organisasi, desain
pekerjaan, akuntansi, sistem informasi dan mekanisme perencanaan serta
pengawasan.
a. Pendekatan Kontingensi
Pendekatan
kontingensi digunakan untuk menjembatani celah antara teori dan praktek
senyatanya. Biasanya antara teori dengan praktek berbeda, maka harus
memperhatikan lingkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan akan memerlukan
aplikasi konsep dan teknik manajemen yang berbeda.
Pendekatan
ini dipandang sebagai hubungan fungsional “bila maka”. Hubungan fungsional
yaitu keterkaitan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Bial ada
perubahan satu variabel akan mempengaruhi nilai variabel lainnya. Bila
merupakan variabel bebas (independent variable) dan maka merupakan variabel
bergantung (dependent variable). Faktor lingkungan merupakan variabel bebas,
sedang konsep dan teknik manajemen merupakan variabel begantung.
Dalam
pendekatan kontingensi ada tiga kerangka konseptual yaitu lingkungan,
konsep-konsep dan teknik-teknik serta hubungan antara keduanya. Pendekatan
kontingensi mengkombinasikan antara pendekatan klasik dan hubungan manusia.
“Contingency
Approach = Pendekatan Klasik + Pendekatan Hubungan Manusiawi”.
b.
Pendekatan
Nilai – Nilai Bersaing (Competing-values
approach)
Pendekatan
nilai-nilai bersaing, bertitik tolak dengan assumsi terdapat apa yang disebut
dengan fleksibilitas (mampu menyesuaikan diri dengan perubahan, perolehan
sumber (mampu meningkatkan dukungan dari luar dan memperluas jumlah tenaga
kerja), perencanaan (tujuan jelas dan dipahami dengan benar), produktifitas
(volume keluaran tinggi, rasio keluaran terhadap masukan tinggi), Ketersediaan
informasi (saluran komunikasi membantu pemberian informasi kepada orang
mengenai hal-hal yang mempengaruhi pekerjaan mereka), stabilitas (perasaan
tenteram, kontinuitas, kegiatan yang berfungsi secara lancar), Tempat kerja
yang kondusif (pegawai mempercayai, menghormati serta bekerja sama dengan yang
lain), tenaga kerja terampil (pegawai memperoleh pelatihan, mempunyai
keterampilan dan berkapasitas untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik).
Nilai-nilai
bersaing secara nyata melangkah lebih jauh dari pada hanya pengakuan tentang
adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan tentang
adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa
berbagai macam pilihan tersebut dapat dikonsolidasikan dan diorganisasi.
Pendekatan nilai-nilai bersaing mengatakan bahwa ada elemen umum yang mendasari
setiap daftar criteria Efektifitas Organisasi yang komprehensif dan bahwa
elemen tersebut dapat dikombinasikan sedemikian rupa sehingga menciptakan
kumpulan dasar mengenahi nilai-nilai bersaing. Masing-masing kumpulan tersebut
lalu membentuk sebuah model keefektifan yang unik.